Latihan, itu yang bermakna

latihan di swara harmony music school

latihan di swara harmony music school

fse tobucil

fse di tobucil

20 Februari 2010. Sebuah perhelatan yang riuh digelar di Istana Plaza, Bandung. Aku yang hanya menonton dan mondar-mandir pun bisa melihat, betapa panggung yang tak seberapa besar itu menjadi arena tampilnya berbagai acara. Ada final pertandingan biola dan drum, ada launching sekolah presenter-nya Dewi Hughes, sampai launching semacam kids club di mall yang dulu selalu ingin kukunjungi karena arena ice skating-nya. Sayang kini fasilitas sudah tak ada, entah mengapa.

Beberapa hari sebelumnya, Zaky (12) juga ikut audisi lomba biola. Dia dapat nomor undian pertama, berhasil tampil, belum berhasil lolos ke final, dan tetap heboh seperti biasa. Zaky yang sudah bisa menakar kemampuannya, santai saja .

Bagaimana denganku? Sebenarnya aku punya kisah sendiri. Setelah setahun Zaky bergabung dengan Funtastic String Ensemble dan tampil di berbagai acara, baru kali ini aku lumayan terlibat dalam proses latihannya. Anak sulungku itu sudah berkali-kali nimbrung tampil bareng FSE di berbagai kesempatan. Selama itu pula, aku hanya mengantar dan menontonnya tampil di panggung. Dia berangkat latihan tiap Jum’at sore naik angkot sendiri, dan pulang dijemput bapaknya, om, atau tantenya. Sesekali aku yang jemput, tapi ya hanya jemput. Tak pernah menungguinya latihan. Pendeknya, aku tak pernah serius ikut-ikutan.

Saat menyaksikan ensembel gesek ini tampil, aku hanya membatin, mengapa selalu saja ada yang kurang: sound system yang kurang bagus, suara biola yang tidak terdengar, panggung yang tidak representatif, ekspresi anak-anak yang datar…Yah namanya juga penonton. Hanya pintar komentar!

Nah, khusus untuk persiapan konser AKSI ini, aku lumayan terlibat. Beberapa kali aku mengantar dan menunggui FSE berlatih, berbincang seru dengan orangtua anggota lain, hingga mengantar dan menungguinya audisi, maupun konser di Istana Plaza.

Setelah setahun Zaky bergabung dengan FSE, baru hari ini aku tersadar. Sungguh yang paling berarti dari sebuah proses menuju panggung pertunjukan adalah saat LATIHAN! Tampil di panggung adalah perayaan bagi kerja keras mereka selama latihan, sama sekali bukan tujuan!

Saat FSE berlatih, aku menyaksikan betapa mereka dituntut untuk mendengarkan instruksi, membaca partitur (dan melakukan berbagai perubahan), menyimak aba-aba, dan tentu saja menggesek biola mereka dengan benar. Zaky yang biasanya heboh tak karuan, bisa juga tenang. Di sini dia belajar untuk lebih mengenal dan berdamai dengan dirinya.

Dua puluhan anak  bisa duduk dan berlatih sampai dua jam, bahkan lebih! Sesekali kena teguran dari Bu Carolina—sang pelatih, sesekali dapat pujian. Cair dan hangat, memang. Canda dan keusilan anak-anak dan remaja selalu ada. Tapi mereka tetap serius—bahkan aku mulai berani menyebut mereka profesional.

Saat itulah sebenarnya yang bermakna. Saat berlatih, mereka belajar disiplin dan tanggung jawab. Saat berlatih, mereka belajar kerja tim. Karena setiap anggota FSE bergiliran menjadi “kapten” yang bertugas memimpin kekompakan kelompoknya, maka mereka belajar memimpin. Ketika sesekali ada yang tak lolos audisi untuk sebuah perfomance, mereka belajar lapang dada.

Saat berlatih, anak-anak FSE begitu hidup, penuh energi, dan banyak belajar. Jadi, ketika tiba saatnya mereka tampil di panggung, dan ternyata hasilnya tidak seindah saat latihan…itu tak seharusnya jadi soal—kecuali bagi orang-orang sepertiku, yang tak pernah  menyaksikan mereka berlatih.

Ya. Panggung hanyalah perayaan. Having fun. Itu saja 🙂

Fun-tastic String Ensemble, komunitas alat musik gesek (biola & cello), bersifat terbuka bagi siswa maupun non-siswa. Kami berlatih setiap Jum’at pukul 18.30, di Swara Harmony Music School, Paskal Hypersquare B26, Jl. Pasirkaliki 25-27 Bandung, telp. 022-86060626.

Ubit & Gong Xi Fat Choy

Ubit trying to use sticks

Ubit trying to use sticks

On 22-02-2010, we were invited to celebrate Chinese New Year at Grand Eastern Restaurant, Pasirkaliki 18 Bandung. Just like last year celebration, all meals were served in Chinese manner: sticks!

My kids & I can not use them. So, we (except Ubit & Dad) put the sticks away and ate using soup spoon. Awkward, but we had no choice.

However, Ubit (6) insisted to use the sticks…using both of his hands! He was happy and satisfied–the more so, he also got the angpaw. He actually did it!

Gong xi fat choy!