Sabtu, 19 Januari 2012, Bincang Edukasi Meetup #13 di Bandung.
Bincang Edukasi hari ini istimewa. Tema yang disajikan seru dan membuka cakrawala pengetahuan baru. Presentasi dari Kandi Sekarwulan Komunitas Sahabat Kota dan Kakak Tian dari Greeneration Indonesia membuat saya tercengang. Awalnya saya pikir dua komunitas ini akan mempromosikan film animasi terbaru mereka. Ternyata, yang mereka bagikan adalah cara membangun kolaborasi antara komunitas. Banyak komunitas yang bergerak di ranah pendidikan, namun tak semua bisa bermitra dengan baik untuk sebuah tujuan yang sama. Dua komunitas ini meletakkan dasar-dasar kolaborasi yang benar, saling dukung, menjaga harmoni, dan sama-sama belajar.
Berikutnya adalah Iqbal Tawakal. Sebenarnya, kata “game” sudah membuat saya angkat bahu karena saya bukan pemain game. Siapa sangka bahwa anak muda ini lugas memaparkan lemahnya pengawasan peredaran video game (online) di Indonesia. Game untuk usia dewasa yang memuat adegan tidak layak beredar dengan bebas dan mudah diakses anak-anak. Ketiadaan lembaga pemantau Indonesia menggugah kesadaran Iqbal dan teman-temannya di Next Generation Indonesia untuk bergerak. Mereka mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan komunitas orangtua tentang perlunya parental control. Daftar rating video game berdasarkan usia dan isinya bisa dilihat di situs NGI.
Tujuh belas menit ketiga menampilkan Asep Suhendar dari Rumah Pelangi. Anak muda bersahaja ini membuat saya terharu. Dia dan teman-temannya mengelola sebuah komunitas belajar untuk anak dengan modal semangat dan ketulusan. Dia berbagi dengan apa yang dimiliki. Komunitasnya bergerak dalam keterbatasan, namun terus menebar manfaat yang langsung terasa oleh masyarakat.
Setelah Asep ada Tina Maladi yang menyampaikan materi yoga untuk mendukung proses belajar anak. Sebelumnya, saya pikir yoga adalah semedi (hehe… malu deh…). Saya tidak pernah tahu bahwa yoga bisa diterapkan pada anak-anak untuk membangun konsentrasi, postur tubuh yang baik, dan pada akhirnya kesehatan fisik dan mental yang baik. Tina mengajak peserta melakukan beberapa gerakan yoga, merasakan sensasinya, dan membahasnya. Saya baru sadar, bahwa gerakan yang terlihat sederhana bisa menimbulkan efek besar jika dilakukan dengan rutin dan benar.
Presentan (saya masing canggung menulis kata ini, hehe…) yang kelima adalah Ivan Lanin. He’s one of my virtual guru. Senang sekali bisa bertemu langsung dan menyimak materinya. Dia wikipediawan, pengembang Kateglo (kamus, tesaurus, dan glosarium) Bahtera—yang selalu saya pakai saat bekerja— sekaligus pendukung Creative Commons yang sedang saya pelajari. Pas, kan?
Ivan berbagi tentang manajemen pengetahuan menjadi kearifan. Betapa banyak informasi masuk di kepala kita, namun berlalu tanpa makna. Berawal dari data, olahan informasi bisa menjadi pengetahuan. Akhirnya, pengetahuan bisa mengantarkan kearifan. Proses itu bisa terjadi ketika pengetahuan itu disebarkan, sehingga dengan sendirinya mendatangkan manfaat bagi khalayak sekaligus evaluasi bagi si pemilik pengetahuan.
Demikian reportase #Bined13, terima kasih atas pengetahuan dan semangat yang melimpah dari para presentan (nah, mulai lancar menulisnya) dan peserta.