Poster Seminar Virtual World
24 April 2011, Ikatan Guru Indonesia mengadakan seminar tentang pendidikan di dunia virtual. Pesertanya 200 lebih guru dari berbagai sekolah, bertempat di Kantor Kemendiknas Jakarta.
Setelah sesi workshop tentang Virtual World bersama Ines Puspita, saya dan Ibu Ani Ismayani memperoleh kehormatan untuk berbagi pengalaman tentang penggunaan Second Life untuk menunjang pembelajaran.
Beberapa hari sebelumnya, Bu Ines, Bu Ani, dan saya gladi resik bersama, mengatur giliran bicara, dan menjajal akurasi SL dan skype masing-masing. Rencananya, saya akan online dari rumah, setelah sebelumnya ada acara di Bandung. Tiba-tiba hujan deras, dan saya tak bisa menerobos hujan dengan motor. Akhirnya, dari sebuah warung di Bandung, saya berhasil hadir di hadapan para peserta seminar yang ada di Jakarta. Kami menggunakan Second Life dipadu dengan skype. Teknologi memang asyik.
Setelah memaparkan pandangan singkat tentang pemanfaatan teknologi virtual tiga dimensi, saya ajak salah satu peserta untuk simulasi pembelajaran melalui Second Life. Di sini, saya belajar untuk lebih menghidupkan imajinasi—karena tidak berhadapan langsung dengan si peserta. Saya hanya mendengarkan suaranya, dan melihat perubahan pada papan simulasi di layar Second Life saya.
Berikutnya, kami diajak Bu Ani Ismayani jalan-jalan mengunjungi landmark matematika, dan mendengarkan penuturannya, mengapa beliau menekuni Second Life.
Selanjutnya adalah tanya jawab. Pertanyaan yang ditujukan ke saya adalah seputar pengelolaan kelas, pembelajaran reading dan listening, pola komunikasi guru dan murid, bahkan pendapat saya tentang pembelajaran yang masih berorientasi angka ujian. Asyik sekali, presentasi di sebuah seminar besar sambil sesekali menyeruput kopi.
tanpa beranjak dari Bandung, saya hadir di Jakarta (foto oleh Zaky Anvari)
Satu setengah jam berbagi pengalaman, walau sekian ratus kilometer jarak fisik memisahkan, tetap bisa dilakukan. Dengan teknologi, saya dan bu Ani bisa berbincang dengan para guru yang penuh semangat, tanpa perlu naik bus ke Jakarta.
Semoga, jika ada kesempatan serupa, kaki saya tidak perlu sedingin air es (karena cuaca memang dingin, dan cemas dengan koneksi internet yang menurut pemilik warung bisa melemah di saat hujan—juga karena memang saya deg-degan hendak bertemu dengan guru-guru yang hebat itu) 🙂
I love this virtual world…