Tanya Jawab Spontan

ubit

Muhammad Ruzbi

Salah satu teman Facebook saya, fotografer andal, Savitry “Icha” Khairunnisa mengajak saya berbagi tanya jawab spontan dengan anak. Saya salin-rekat pertanyaan dari dinding FB Icha, dan ini dia hasil “wawancara” saya dan Ubit (12).

*********

WITHOUT prompting, ask your child these questions and write EXACTLY what they say.

What is something I say a lot?
Thanks and I love you

What makes me happy?
When I always say thank you

What makes me sad?
When I do something wrong

How tall am I?
Average

What’s my favorite thing to do?
Writing

What is my favorite food?
Everything that makes you loose your weight (Emak tutup muka sambil ngakak)

What is my favorite drink?
Tomato juice

If I could go anywhere, where would it be?
(He answer promptly but I don’t want to tell you, haha)

Do you think you could live without me?
Yes, I think (Emak patah hati, hiks)

How do you annoy me?
When I do something wrong

 What is my favorite movie?
I don’t really know

What is my favorite song?
I don’t really know

 What is my favourite TV show?
Do you even watch TV?

 What is my job?

Writer

 How old am I?
22 haha (Emak ngakak lagi)

What’s my favorite colour?
I don’t know. You wear almost all colours

 How much do you love me?
I love you very much

Copy, paste and change my answers and see what your child says!
You will be surprised how much your kids pay attention to you!

 

*********

Nah, mau coba juga?

Terima kasih, Icha 😉

 

 

 

 

Phantom of the Opera

phantom-w-face

foto: Burdekin Theatre

Qosima Luthfa alias Upeng (9) sedang terpesona oleh Phantom of the Opera. Mula-mula entah bagaimana dia suka lagunya. Seneng aja, katanya. Berbagai versi youtube pun dia setel.

Kemudian dia mulai berusaha menyanyikannya sambil sesekali berseru, “Sing my angel of music! Sing for me!”

Saya santai saja, tapi kakaknya, Ubit (12), protes.

“Serem, Bu, suaranya!”

Haha.

Nah, seharian ini Upeng terus mengejar saya dengan berbagai pertanyaan: kenapa Phatom pakai topeng, dia cacat sejak kecil atau pas sudah dewasa, dia seumur dengan Christine atau sudah tua, apakah Christine tahu siapa dia, sejak kapan Christine diajari nyanyi sama Phantom, gimana ngajarinnya … dan seterusnya.

Barusan setelah salat isya dia bilang, “Seharian ini Upeng tanya terus soal Phantom, ya Bu. Upeng juga heran kenapa suka. Penasaran, sih.”

Biasanya, ketika penasaran tentang sesuatu, saya ajak dia googling. Lagi pula, biasanya dia googling sendiri. Khusus film ini dia tanya-tanya melulu dan saya berusaha menjawabnya—padahal saya juga harus diam-diam googling karena film ini sudah lama dan saya lupa sebagian detailnya.

Belum niat nonton lagi, sih. Walaupun penuh lagu yang indah, film ini agak gloomy. Kesedihan dan kesepian Phantom benar-benar berhasil dibagikan pada penonton. Itu juga alasan saya masih menahan diri mengajak Upeng nonton bareng.

Mungkin besok saya masih harus berjaga-jaga melayani pertanyaan anak 9 tahun tentang kematian Phantom dan mengapa selama ini dia bersembunyi. Kalau dia lapar gimana? Kan gedung opera itu tidak selamanya dihuni. Apakah dia harus ke warung atau ke pasar? Pipisnya di mana? Apakah di atas atap ada kamar mandinya? Kenapa tidak ada orang lain yang berusaha menyelidikinya—ini pasti ditanyakan karena Upeng adalah pembaca Detektif Conan.

Jadi, malam ini saya tunda beberapa pekerjaan yang sudah mepet tenggatnya. Saya belajar tentang Phantom dulu agar besok tak perlu mengeluarkan jurus ngeles, eheheh.

Selama jadi ibu, hal yang paling menantang adalah menyiapkan diri untuk memberikan jawaban paling seru dan obrolan yang disukai anak-anak. Saya merasa jadi orang yang paling berprestasi ketika anak-anak manggut-manggut mendapatkan jawaban dari saya—walau tidak semua jawaban itu benar. Ya itu tadi, lebih banyak ngeles-nya. Saya merasa jadi komunikator terandal ketika anak-anak tak mau beranjak saat saya berbicara. Kadang mereka terus bertanya sambil membuntuti saya yang mondar-mandir di dalam rumah sambil mengerjakan ini itu.

Penafian: itu hanya terjadi ketika yang saya bahas adalah hal yang mereka inginkan, yang menyangkut kepentingan mereka.

Ketika yang saya obrolkan adalah kepentingan saya: jadilah anak yang baik, saleh, penurut, rajin bantu Ibu, mau beres-beres tanpa disuruh — wiii, beda banget reaksinya.

Bahasa tubuh mereka akan menjauh, ingin segera melarikan diri dari saya. Raut muka mereka datar, tanpa binar. Suara mereka pun cenderung perlahan, kosakata pun terbatas, “iya, maaf, oke …”

OOT: Tadi si sulung lapor tukang sampah belum datang dan aroma tak sedap mulai muncul. Dia berinisiatif akan membuang semua sampah kami ke TPS besok pagi. Antusiasme terasa sekali ketika keinginan muncul dari dirinya sendiri. Beda banget dengan kejadian … ah, lupakan, saya malu.

Balik ke Phantom yang misterius.

Saya sudah dapat beberapa informasi penting, dan siap menjadi narasumber besok pagi. Itu pun jika Upeng masih berminat membahasnya. Saya juga pernah semalaman mencari asal usul emoticon hati, mengapa dia jadi simbol cinta, gara-gara Ubit kecil bertanya.

Keesokan harinya ketika saya berapi-api memaparkan muasal simbol “lope-lope” ini, dia mengerutkan dahi sambil bertanya, “Emang kemarin Ubit tanya apa, gitu, Bu?”

Glek!

Jadi, mari berseru saja, “Sing my angel of music! Sing for me!”

😀