Halaman yang Terbalik

Puasa yang menyenangkan 😉

Anna Farida

tigaan ngajiRamadan hari pertama.
Setelah sahur, kami sekeluarga kembali membuat resolusi: Ramadan ini, masing-masing khatam Alquran minimal sekali. Tahun lalu aku gagal karena Luthfa sakit dua minggu.

Ubit (9 th) paling semangat. Hari ini dia tertib mengaji setelah salat dan berhasil masuk juz kedua. Lumayan banyak untuk ukuran dia. Ali (12) memilih membaca doa-doa panjang di antara mengaji, jadi bacaan Alquran-nya agak tertinggal. Si Bungsu Luthfa (6) setia dengan Iqro-nya, dan tadarus Si Sulung Zaky (15) tersangkut-sangkut karena sariawannya.

Nah,
Tadi setelah buka puasa ada kejadian lucu. Ketika saling konfirmasi, rata-rata bacaan kami ada di Al Baqarah bagian akhir. Ubit percaya diri sudah mengaji seharian, dan magrib ini dia mulai dari nomor ayat yang lebih besar daripada Ali. Menjelang salat isya, kuperiksa nomor ayat mereka.

“Lho, kok Ubit jadi ketinggalan dari Kak Ali? Kan tadi Ubit sudah duluan?” Ubit protes sambil bingung.
Ali angkat bahu. Dia sendiri heran, karena kecepatan baca…

View original post 153 more words

Halaman yang Terbalik

tigaan ngajiRamadan hari pertama.
Setelah sahur, kami sekeluarga kembali membuat resolusi: Ramadan ini, masing-masing khatam Alquran minimal sekali. Tahun lalu aku gagal karena Luthfa sakit dua minggu.

Ubit (9 th) paling semangat. Hari ini dia tertib mengaji setelah salat dan berhasil masuk juz kedua. Lumayan banyak untuk ukuran dia. Ali (12) memilih membaca doa-doa panjang di antara mengaji, jadi bacaan Alquran-nya agak tertinggal. Si Bungsu Luthfa (6) setia dengan Iqro-nya, dan tadarus Si Sulung Zaky (15) tersangkut-sangkut karena sariawannya.

Nah,
Tadi setelah buka puasa ada kejadian lucu. Ketika saling konfirmasi, rata-rata bacaan kami ada di Al Baqarah bagian akhir. Ubit percaya diri sudah mengaji seharian, dan magrib ini dia mulai dari nomor ayat yang lebih besar daripada Ali. Menjelang salat isya, kuperiksa nomor ayat mereka.

“Lho, kok Ubit jadi ketinggalan dari Kak Ali? Kan tadi Ubit sudah duluan?” Ubit protes sambil bingung.
Ali angkat bahu. Dia sendiri heran, karena kecepatan baca Ubit tidak jauh berbeda dengannya.
Aku juga tidak ngeh apa yang terjadi, dan meminta mereka melanjutkan bacaan.

Beberapa menit kemudian Ubit berteriak, “Lho… ini kok Ubit ngajinya malah mundur?”

Semua saling berpandangan.
Ubit membalik-balik Alqurannya sambil bergumam tak jelas, hingga akhirnya dia sendiri menyadari kesalahannya.

Dengan gaya datar khasnya, Ubit bersabda “Barusan Ubit salah. Buka halamannya malah ke sini…”

Saat melihatnya membuka lembar Alquran ke arah kanan, musala kecil kami jadi penuh derai tawa. Ya iya, lah Biiit… pasti jadi ketinggalan dari Kak Ali, lha kamu balik lagi ke halaman sebelumnya. Entah apa sebabnya, mungkin karena saking semangatnya atau karena dia tidak fokus karena kekenyangan hehe…

Semua ngakak, kecuali Ubit.
Dia garuk-garuk kepala sejenak dan melanjutkan tadarusnya. Lempeng saja, seperti biasa.
Hehe…

Demi kemurahan dan kasih-Mu di bulan Ramadan, ya Allah. Jadikan hari pertama ini sebagai awal yang baik, kenangan yang tak terlupakan, ibadah yang tak tergantikan. Bil haqqi Muhammad wa aali Muhammad.