TOMB OF FERDOWSI: Pelajaran tentang Setan Putih

Tulisan ke-4 (17 November 2023) Seri Mashhad-Qom-Tehran

Saya ini awam soal sastra klasik. Saya lebih suka baca novel detektif dan nonton film crime berseri-seri. Walau begitu, saya tahu Ferdowsi, penulis Shahnameh. Setidaknya saya tahu bahwa dia sastrawan besar dan quote-nya keren-keren. Julukannya adalah Abul Qosim. Namanya dikenal di dunia sastra sebagai Ferdowsi Tusi, atau  Ferdowsi. Nama aslinya tak diketahui. 

Makam Ferdowsi berada di kompleks yang sangat luas di Tus, Provinsi Razavi Khorasan, Iran. Setelah beberapa saat berjalan, sebuah bangunan tinggi mirip monumen berbentuk kubus terlihat. Megah sekali, mengundang hasrat untuk foto-foto. Saya kira itu makamnya. Ternyata, di bawah bangunan itulah sang penyair beristirahat. 

Pemandu segera membawa kami mendekati nisan marmer berukuran besar. Di atasnya ada kubah tinggi bermotif bunga lotus. Katanya, “Anda lihat bunga lotus itu? Bunga itu bisa tumbuh di tempat yang kotor tetapi tetap bersih dan indah. Ada kalanya manusia lahir dari keluarga yang dianggap tidak baik, tetapi hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap menjadi orang baik.” 

Berbagai versi Shahnameh dipajang di sekitar makam. Ada juga versi yang dibuat untuk anak-anak dan untuk remaja. Hmm … saya jadi berkhayal bisa menulis versi adaptasi untuk anak Indonesia. 

Di makam itu juga ada dinding dengan lubang-lubang berbentuk segitiga yang menghadap ke atas dan ke bawah (lihat gambar saja, saya tidak pandai menjabarkannya). Dinding itu melambangkan kebaikan dan keburukan yang selalu ada di sekitar kita, dan tugas kita adalah tetap berusaha menjadi orang baik di mana pun kita berada. 

Ada juga relief berwarna putih yang bercerita tentang Rustam, tokoh mitologi yang juga ditulis dalam Shahnameh. Rustam digambarkan sedang bertarung melawan mahkluk seram. 

Pemandu bertanya, “Apakah Anda tahu mengapa “setan” di situ berwarna putih? Bukankah putih biasanya melambangkan kesucian?”

Kami menggeleng pasrah. 

“Perlawanan Rustam adalah perlawanan kita. Kadang kita tidak bisa melihat keburukan dengan jelas karena keburukan itu bersalut kebaikan, terbungkus kesucian.”

Di dekat makam berdiri Museum Ferdowsi. Di sana ada Shahnameh kuno raksasa yang terbuat dari serat kayu, beratnya 73 kg, 1200 halaman. Ada juga versi berbahasa Inggris yang dijual di toko museum. 

Ketika rombongan Short Course Goharshad International mulai dipanggil pulang, ada lukisan yang menarik perhatian saya.

Khonoum ketua panitia herself dan penerjemah berbaik hati membacakan tulisan samar semacam syair yang ada di lukisan itu. Artinya kira-kira seperti ini:

Lihatlah Jamshid sedang duduk di singgasana. Dia merasa dirinya paling hebat dan berkuasa. Namun sesungguhnya dia sedang dibawa oleh setan-setan—jadi setan-setan itulah yang membuatnya berkuasa. 

Di sebelah lukisan itu ada lukisan Ferdowsi. Apakah Ferdowsi yang menuliskan syair itu? Tak ada pemandu yang bisa ditanya. Jelas, dia bukan Jamshid disebut dalam Shahnameh, raja yang berkuasa, termasuk atas malaikat dan iblis. Gubernur songong yang digotong setan di siang bolong dalam lukisan itu justru diperdaya setan. 

Lantas, mengapa ada lukisan Ferdowsi di sebelahnya? Mengapa pula lukisan itu karya Ali Rokhzaz itu dipajang khusus di Meseum Ferdowsi? 

Saya juga jadi bertanya-tanya. Makna lotus dan setan putih yang dijabarkan pemandu tadi itu apakah merujuk kepada karya Ferdowsi atau penafsirannya sendiri?

Memang ada kisah tentang pertarungan Rustam dalam Shahnameh termasuk pertarungan tragis melawan putra yang tak dikenalnya. Soal setan putih itu belum saya temukan di buku. Saatnya saya berusaha lagi membaca Shahnameh, siapa tahu ada jawaban di antara barisnya. 

Salam takzim,

Anna Farida

Leave a comment